MUTIARA YANG TERSERAK

Mutiara yang terserak (Mei 2015) - " Pelayanan " 
"Pelayanan yang diberikan oleh niat untuk mengurangi penderitaan pihak lain, ia tidak saja amat berenergi, namun bersinar keluar maupun kedalam. Bahkan sinarnya masih menyala jauh lebih lama dan lebih panjang dari umur badan fisik. Karena tidak ada hal yang lebih mengagumkan sebagai titik berangkat pelayanan, terkecuali pengabdian untuk mengurangi penderitaan".

Semoga dengan semangat yang tinggi dalam pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pekerjaan yang diemban Bapak Ibu teman dan sahabat semua, Tuhan Yang Maha Esa selalu membimbing kita memberikan kekuatan-Nya agar terus dapat memberikan layanan yang memenuhi kepuasan masyarakat dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman. (by : Joko surono)

Mutiara Yang Terserak - Kisah Sebongkah Batu

              


                      



Suatu hari, ketika seorang pengrajin batu sedang berjalan di gunung yang sangat gersang, ia melihat seonggok batu dengan warna coklat kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan penampakan luarnya relatif lapuk. Namun naluri Sang Pengrajin itu mengatakan ada sesuatu yang berharga di balik penampilan yang tak menarik itu. Maka, dengan sekuat tenaga, Sang Pengrajin mengayunkan godamnya ke batu itu berkali-kali, hingga akhirnya ia mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala, dan mulai terlihat warna asli batu tersebut adalah putih.

Batu itu dibawanya pulang lalu dipotongnya dengan menggunakan gerinda (alat pemotong batu), hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaannya yang kasar dari batu tersebut dan lantas dipoles.

Siang dan malam ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin dari batu tersebut. Dari warna batu yang putih dan kasar itu, kemudian berangsur-angsur menjadi putih, mengkilap dan licin. Pengrajin itu tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin, dan dengan daya-upayanya itu, akhirnya teciptalah sebuah batu yang bernilai.

Dari kisah di atas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa alam sebenarnya telah memberi kita banyak pelajaran. Kita ini sesungguhnya ibarat sebongkah batu, yang kondisinya lapuk, berlumut dan rapuh. Itu adalah gambaran kondisi kita yang tidak mampu melawan cobaan. Oleh karena itu, maka datanglah pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, polesan amplas sebagai cobaan bagi kita, yang gunanya adalah untuk menempa kita – membentuk kita menjadi
manusia yang lebih baik.

Sudah pasti kita terkadang menolak cobaan yang datang itu dengan lari menghindar, karena kebanyakan dari kita merasa tak sanggup atau tidak memahami, bahwa cobaan itu sebenarnya adalah sarana yang datang dari Sang Pencipta untuk membentuk kepribadian kita, agar kita bisa terlihat bersinat.
Sekarang mari kita renungkan dan tanyakan kepada diri kita sendiri, di manakah posisi kita? Apakah kita masih seonggok batu kusam yang tidak berharga? Ataukah kita sedang menjadi sebongkah batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang tinggi?

Semoga coretan sederhana ini menjadi inspirasi kita semua, tetap semangat dan sehat selalu. Selamat beraktifitas semua!!! ( by :Joko Surono)


                                                                   URIP IKU URUP
                                                          Mutiara Yang Terserak - 25 Maret 2015

“Urip Iku Urup.. “Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta Dur Hangkara”

“Urip Iku Urup” (Hidup itu Nyala)

Kurang lebih, butir filosofi ini bermakna dan mengandung pesan moral sebagai berikut. Hidup kita itu hendaknya memberi manfaat bagi segenap orang lain yang berada di sekitar kita. Semakin besar kita bisa memberikan manfaat dan berguna bagi khalayak ramai, maka kualitas hidup kita pun juga akan menjadi lebih baik.

“Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara”

(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

Tugas kita selagi hidup di alam fana ini tak lain adalah mengusahakan bonum commune yang dalam bahasa politik sering diterjemahkan sebagai kebaikan atau kesejahteraan bersama untuk segenap masyarakat. Ke kanan, kita mengusahakan kebaikan dan kesejahteraan umum; ke kiri, kita berusaha meminimalisir segala bentuk kejahatan dan wujud keserakahan.

Moga kesuksesan dan keceriaan hidup selalu menyertai Anda semua ...Aamiin 3x...Ya Robbal Allamin ( by : Joko Surono)

0 komentar:

Posting Komentar